Materi Olahraga Lompat Tinggi adalah termasuk dalam cabang olahraga atletik. Pada kesempatan ini kami akan mengulas:
Tujuan dari olahraga lompat tinggi adalah untuk memperoleh lompatan yang setinggi-tingginya saat melewati mistar dengan ketinggian tertentu.
Menurut Wikipedia, Lompat tinggi merupakan olahraga yang menguji keterampilan melompat dengan melewati mistar. Olahraga ini adalah salah satu cabang olahraga atletik.
Langsung saja kita mulai pembahasan mengenai materi lompat tinggi. Silahkan simak penjelasan dibawah ini.
Banyak ahli yang mendefinisikan pengertian dari lompat tinggi. Berikut ini adalah beberapa ahli yang akan menjelaskan pengertiannya.
Giri Wiarto (2013:36) menyatakan bahwa:
"Lompat tinggi adalah suatu bentuk melompat ke atas dengan cara mengangkat kaki depan ke atas sebagai upaya membawa titik berat dengan setinggi mungkin dan secepat mungkin jatuh (mendarat) dengan jalan melakukan tolakan pada salah satu kaki untuk mencapai suatu ketinggian tertentu".
Senada dengan Munasifah (2008:25) berpendapat bahwa:
"Lompat tinggi adalah suatu bentuk gerakan melompat ke atas dengan cara mengangkat kaki ke depan ke atas sebagai upaya membawa titik berat badan setinggi mungkin dan secepat mungkin jatuh (mendarat) dengan cara melakukan tolakan pada salah satu kaki mencapai ketinggi tertentu".
Pengertian lompat tinggi oleh Muhajir (2006:131) mengatakan bahwa:
"Lompat tinggi adalah suatu bentuk gerakan melompat ke atas dengan mengangkat kaki kedepan atas dalam upaya membawa titik berat badan setinggi dan secepat mungkin jatuh (mendarat). Lompat tinggi dilakukan tolakan pada salah satu kaki untuk mencapai ketinggian tertentu".
Berkaitan dengan lompat tinggi Feri Kurniawan (2012:41) menyatakan bahwa:
"Suatu jenis keterampilan untuk melewati mistar yang berada di antara kedua tiang".
Menurut Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf & Adang Suherman (2000:15) berpendapat,
"Tujuan dari lompat tinggi yaitu, memindahkan jarak vertikal titik berat badan setinggi mungkin".
Sesuai dengan namanya, lompat tinggi bertujuan untuk melewati mistar yang setinggi-tingginya. Untuk memperoleh lompatan yang lebih tinggi dipengaruhi oleh kekuatan dan kecepatan tungkai tolak, posisi tubuh ketika melewati mistar, dan kemampuan melakukan lari awalan yang menunjang terhadap tolakan yang efektif.
Dalam lompat tinggi ada beberapa gaya yang sering digunakan dalam pertandingan.
Tri Minarsih, Acep Hadi, dan Hanjaeli (2010:78) menyebutkan,
"Ada empat jenis gaya yang ada dalam lompat tinggi, yaitu gaya gunting (scissors), gaya guling perut (straddle), gaya guling samping (western roll), dan gaya telentang (flop)".
Lanjut menurut Giri Wiarto (2013:40) menjelaskan bahwa,
"Gaya dalam lompat tinggi itu ada 4 yaitu: Gaya guling perut (the straddle style), Gaya gunting (the scissors style), Gaya guling sisi (western roll), dan Gaya membelakangi atau gaya flop (the fosbury flop).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan ada 4 gaya yang sering digunakan dalam lompat tinggi yaitu: gaya gunting, gaya guling perut, gaya guling sisi, dan gaya flop.
Hans Themer (1996) menyatakan teknik pada lompat tinggi terbatas atas beberapa gerakan yang meliputi: awalan, tolakan, saat melewati mistar dan yang tidak kalah pentingnya adalah mendarat.
Berdasarkan kutipan diatas dijelaskan sebagai berikut.
Awalan merupakan kunci pertama bagi pelompat tinggi dalam usahanya dan melampaui suatu ketinggian. Untuk menguasai dengan baik cara melakukan awalan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut
Tumpuan dilakukan dengan kaki yang kuat. Saat bertumpu harus tepat pada titik tumpu.
Titik tumpu adalah tempat berpijaknya kaki tumpu pada saat melakukan lompatan, untuk memperoleh titik tumpu yang tepat harus dicari dengan cara mencoba berulang kali sejak dari menentukan awalan, sudut awalan, irama, serta banyaknya langkah.
Titik awalan dikatakan tepat, apabila saat badan melayang di udara titik ketinggian maksimal benar-benar tepat di atas dan di tengah-tengah mistar.
Apabila titik tumpuan terlalu dekat, akibatnya mistar akan tersentuh badan saat pelompat masih bergerak melambung ke atas. Sebaliknya apabila titik tumpuan terlalu jauh, akan berakibat mistar tersentuh badan saat pelompat sudah bergerak turun.
Disamping itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan tumpukan.
Gerakan melayang di luar udara terjadi saat kaki tumpu lepas dari tanah. Sikap badan gerakan kaki maupun lengan saat melayang melewati mistar tergantung dari masing-masing gaya.
Jadi gerakan dan posisi badan saat melayang inilah yang memberikan ciri-ciri khusus dan membedakan gaya yang satu dengan gaya yang lainnya.
Tiga prinsip yang perlu diperhatikan pada saat melayang:
Pendaratan merupakan tahap terakhir dari gerakan beruntun suatu lompatan. Cara melakukan dan sikap badan saat mendarat tergantung pada masing-masing gaya, disini ada dua prinsip yang perlu diperhatikan:
Sejarah lompat tinggi tercatat pertama kali diadakan pada olimpiade Skotlandia pada abad ke 19. Lompatan tertinggi pada saat itu tercatat adalah 1,68 meter. Gaya lompat pada saat itu adalah gaya gunting.
Sekitar abad ke 20, gaya lompat tinggi telah dimodernisasi oleh Michael Sweeney. Pada tahun 1895, ia berhasil melakukan lompatan setinggi 1,97 meter gaya eastern cut-off, dimana mengambil off seperti gunting, tapi memperpanjang punggungnya dan mendatar di atas bar.
Teknik lompat yang lebih efesien bermana Western Roll dikembangkan oleh George Horine. Melalui teknik ini, Horine mencapai lompatan setinggi 2,01 meter pada tahun 1912.
Kemudian pada olimpiade Berlin tahun 1936, teknik lompatan ini menjadi dominan dilakukan untuk cabang lompat tinggi yang dimenangkan oleh Cornellus Johnson yang mencapai ketinggian 2,03 meter.
Empat dekade setelahnya, pelompat dari Amerika dan Soviet merintis evolusi teknik straddle. Orang pertama yang menggunakan teknik ini adalah Charles Dumas mencapai ketinggian 2,13 meter, pada tahun 1956.
Kemudian seorang warga Amerika bernama John Thomas mencapai rekor dunia dengan ketinggian 2,23 meter pada tahun 1960. Selanjutnya Valeriy Brumel mengambil alih pencapaian rekor dunia dengan mencatat ketinggian lompatan hingga 2,28 meter dan berhasil memenangkan kejuaraan olimpiade pada tahun 1964.
Berawal dari Brumel inilah para atlet mencoba untuk mengembangkan olahraga lompat tinggi sehingga saat ini terdapat empat gaya dalam lompat tinggi.
Peralatan sangat diperlukan untuk terlaksananya lompat tinggi, seperti penjelasan Munasifah (2008:26) mengenai peralatan lompat tinggi adalah sebagai berikut, "Dalam olahraga atletik lompat tinggi ada beberapa peralatan yang harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan dimulai. Adapun peralatan tersebut adalah sebagai berikut:
Giri Wiarto (2013:49) juga berpendapat mengenai alat-alat perlengkapan dalam lompat tinggi yaitu:
Mistar lompat dapat terbuat dari metal atau kayu, yang berbentuk silinder atau segitiga dengan diameter minimum 25 mm dan maksimal 35 mm, sedangkan panjang mistar minimal 3,64 m, maksimal 4 meter serta mempunyai berat maksimal 2,2 kg.
Panjang lintasan awalan tidak terbatas dan mempunyai panjang minimal 15 meter. Sedangkan untuk lompat tinggi galah, panjang bilah sekitar 3,86 meter - 4,52 meter dan beratnya maksimum 2,26 kg.
Semua tiang dapat dipakai untuk lompat tinggi asalkan terbuat dari bahan yang kuat, kokoh dan cukup tinggi.
Busa lompat berukuran 4 x 5 meter dan ditutup oleh alas matras atau karet biasa.
Berguna menunjukkan nomor atlet dan hasil lompatannya.
Roll meter digunakan untuk mengatur ketinggian mistar lompat.
Penunjuk waktu digunakan ketika atlet mulai dipanggil dan memberi kesempatan bagi si atlet untuk memulai perlombaan.
Demikianlah materi olahraga atletik tentang lompat tinggi. Mulai dari pengertian atau definisinya sampai peraturannya. Semoga bermanfaat bagi Anda. Sekian dan terima kasih.
- Pengertian
- Sejarah
- Macam gaya lompat tinggi dan cara melakukannya
- Teknik dasar
- Peralatan
- Perlengkapan
- Ukuran lapangan
- Peraturan
Tujuan dari olahraga lompat tinggi adalah untuk memperoleh lompatan yang setinggi-tingginya saat melewati mistar dengan ketinggian tertentu.
Menurut Wikipedia, Lompat tinggi merupakan olahraga yang menguji keterampilan melompat dengan melewati mistar. Olahraga ini adalah salah satu cabang olahraga atletik.
Langsung saja kita mulai pembahasan mengenai materi lompat tinggi. Silahkan simak penjelasan dibawah ini.
Pengertian Lompat Tinggi
Banyak ahli yang mendefinisikan pengertian dari lompat tinggi. Berikut ini adalah beberapa ahli yang akan menjelaskan pengertiannya.
Giri Wiarto (2013:36) menyatakan bahwa:
"Lompat tinggi adalah suatu bentuk melompat ke atas dengan cara mengangkat kaki depan ke atas sebagai upaya membawa titik berat dengan setinggi mungkin dan secepat mungkin jatuh (mendarat) dengan jalan melakukan tolakan pada salah satu kaki untuk mencapai suatu ketinggian tertentu".
Senada dengan Munasifah (2008:25) berpendapat bahwa:
"Lompat tinggi adalah suatu bentuk gerakan melompat ke atas dengan cara mengangkat kaki ke depan ke atas sebagai upaya membawa titik berat badan setinggi mungkin dan secepat mungkin jatuh (mendarat) dengan cara melakukan tolakan pada salah satu kaki mencapai ketinggi tertentu".
Pengertian lompat tinggi oleh Muhajir (2006:131) mengatakan bahwa:
"Lompat tinggi adalah suatu bentuk gerakan melompat ke atas dengan mengangkat kaki kedepan atas dalam upaya membawa titik berat badan setinggi dan secepat mungkin jatuh (mendarat). Lompat tinggi dilakukan tolakan pada salah satu kaki untuk mencapai ketinggian tertentu".
Berkaitan dengan lompat tinggi Feri Kurniawan (2012:41) menyatakan bahwa:
"Suatu jenis keterampilan untuk melewati mistar yang berada di antara kedua tiang".
Menurut Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf & Adang Suherman (2000:15) berpendapat,
"Tujuan dari lompat tinggi yaitu, memindahkan jarak vertikal titik berat badan setinggi mungkin".
Sesuai dengan namanya, lompat tinggi bertujuan untuk melewati mistar yang setinggi-tingginya. Untuk memperoleh lompatan yang lebih tinggi dipengaruhi oleh kekuatan dan kecepatan tungkai tolak, posisi tubuh ketika melewati mistar, dan kemampuan melakukan lari awalan yang menunjang terhadap tolakan yang efektif.
Jenis/Macam Gaya Lompat Tinggi
Dalam lompat tinggi ada beberapa gaya yang sering digunakan dalam pertandingan.
Tri Minarsih, Acep Hadi, dan Hanjaeli (2010:78) menyebutkan,
"Ada empat jenis gaya yang ada dalam lompat tinggi, yaitu gaya gunting (scissors), gaya guling perut (straddle), gaya guling samping (western roll), dan gaya telentang (flop)".
Lanjut menurut Giri Wiarto (2013:40) menjelaskan bahwa,
"Gaya dalam lompat tinggi itu ada 4 yaitu: Gaya guling perut (the straddle style), Gaya gunting (the scissors style), Gaya guling sisi (western roll), dan Gaya membelakangi atau gaya flop (the fosbury flop).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan ada 4 gaya yang sering digunakan dalam lompat tinggi yaitu: gaya gunting, gaya guling perut, gaya guling sisi, dan gaya flop.
1. Gaya gunting (Scissors)
Adapun cara melakukan gaya gunting menurut Munasifah (2008:32) adalah sebagai berikut:- Pelompat tinggi mengambil awalan dari samping. Jika pelompat melakukan tolakan dengan menggunakan kaki kiri, maka awalan dilakukan dari samping kiri pula. Akan tetapi, jika tolakannya menggunakan kaki kanan, maka awalan yang dilakukan adalah dari samping kanan.
- Pada saat kaki diayun (kaki yang dekat mistar) mencapai ketinggian maksimum, kaki yang menolak (kaki yang terjauh dari mistar) diangkat lurus ke depan atas untuk melewati mistar.
- Saat kaki yang diayun sudah menurun melewati mistar dan badan hampir tegak, serta mistar berada di bawah pinggul, kaki tolak mendarat dengan badan menghadap ke samping.
2. Gaya guling perut (Straddle)
Munasifah (2008:34) menjelaskan pelaksanaan gaya guling perut sebagai berikut:- Pelompat mengambil awalan dari samping, awalan antara 35 derajat sampai 45 derajat. Jarak awalan tergantung si pelompat itu sendiri. Biasanya menggunakan langkah ganjil. Tiga langkah terakhir harus lebih panjang dan lebih cepat.
- Melakukan tolakan dengan kaki yang terdekat pada mistar sekuat-kuatnya ke atas, dibantu dengan ayunan kaki belakang (kaki ayun) ke depan atas dan dibantu oleh ayunan kedua tangan ke belakang atas.
- Setelah kaki ayun mencapai ketinggian maksimum, segera lewatkan di atas mistar. Lengan kiri hendaknya jangan sampai menyentuh mistar. Setelah kaki ayun melewati mistar, segera badan diputar ke kiri dengan kepala mendahului melewati mistar. Putarkan badan sehingga dada dan perut menghadap ke bawah pada saat di atas mistar. Kaki kiri yang digunakan untuk menolak segera lututnya dilipat ke samping kiri agak ke atas dan agak ke belakang. Lengan kanan harus ke bawah dengan santai.
- Jika kaki kanan yang digunakan untuk kaki ayun, maka yang mendarat pertama kali pada matras adalah kaki kanan dan tangan kanan secara bersama-sama. Kemudian berguling ke samping ke depan dengan badan dibulatkan dan bertumpu pada bahu sebelah kanan.
3. Gaya guling sisi (Western roll)
Cara melakukannya:- Awalan dari samping atau seorang sekitar 35-40 derajat. Bila bertumpu dengan kaki kanan, awalan dari serong kanan bertumpu dengan kaki kiri, awalan dari serong kiri. Tumpuan dengan kaki yang terdapat dengan mistar (kaki dalam).
- Kaki bebas di ayun kedepan atas menyilang mistar. Melayang diatas mistar sikap badan miring dan sejajar dengan mistar.
- Saat itu pula kepala segera diturunkan, sehingga posisi kepala lebih rendah dari pinggul, terus berguling meluncur kebawah.
- Setelah berkembang beberapa lama, saat diatas mistar posisi badan tidak sejajar dengan mistar, tetapi kepala, badan dan kedua lengan melintasi mistar terlebih dahulu terus menukik kebawah seperti menyelam, sehingga gaya ini disebut juga "dive western".
- Pendaratan dengan salah satu tangan dan kaki tumpu hampir bersamaan, atau dengan kedua tangan terlebih dahulu terus berguling menjadi mistar. (Petunjuk atletk, 1985:97).
4. Gaya Flop
Cara melakukannya:- Awalan langkah panjang dan cepat, dengan posisi sikap tegak. Kaki tolakan adalah kaki dominan atau yang bisa digunakan untuk menumpu. Jarak antara kaki tolakan dengan mistar kira-kira 22-35 cm. Dimulai dengan melakukan awalan, jalan, lari, melangkah. Kemudian kaki menekan untuk melewati ketinggian mistar. Sudut awalan, dari tempat tolakan ketempat permulaan melakukan awalan, kira-kira 45-50 derajat. Langkah dari tempat awalan ketempat tolakan harus cepat.
- Tolakan, gerakan kaki tumpu yang kokoh dan pada saat menolak gunakan salah satu kaki dengan posisi badan agak condong kebelakang. Setelah melakukan tolakan, kaki diluruskan, kedua tangan selalu berada disamping untuk menjaga keseimbangan.
- Sikap badan diatas mistar, lentingan pinggang sehingga benar-benar sejajar punggung dengan mistar. Kedua kaki semula berada dibawah badan, tetapi saat badan melewati mistar kedua kaki harus cepat diangkat, seiring dengan posisi badan yang turun kepermukaan matras.
- Mendarat jatuh seluruh anggota badan dari mulai punggung, kedua kaki hingga lengan pada matras, jatuhan harus dalam posisi terlentang. (Dasar- dasar keterampilan atletik, 2001:65).
5. Gaya Eastern Cut-off
Cara melakukannya:
- Pertama atlet wajib memutar tubuh ke posisi horizontal ketika berada di puncak lompatan.
- Angkat bagian panggul lebih tinggi dari teknik gunting. Hal ini pada akhirnya menghasilkan bar clearance yang lebih tinggi.
Kelemahan dari teknik ini adalah membutuhkan fleksibilitas yang tinggi untuk menghasilkan lompatan yang lebih tinggi karena kerumitannya.
Baca selengkapnya: Macam Gaya Lompat Tinggi
Teknik Dasar Lompat Tinggi
Hans Themer (1996) menyatakan teknik pada lompat tinggi terbatas atas beberapa gerakan yang meliputi: awalan, tolakan, saat melewati mistar dan yang tidak kalah pentingnya adalah mendarat.
Berdasarkan kutipan diatas dijelaskan sebagai berikut.
1. Awalan
Awalan merupakan kunci pertama bagi pelompat tinggi dalam usahanya dan melampaui suatu ketinggian. Untuk menguasai dengan baik cara melakukan awalan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut
- Titik awalan dan sudut awalan harus tepat, yang dimaksud dengan titik awalan adalah tempat berpijak atau berdiri permulaan sebelum pelompat mulai melakukan lari awalan.
- Arah awalan tergantung dari kaki tumpuan secara teknik kaki kiri kanan yang dipakai untuk bertumpu akan menentukan dari arah mana pelompat harus mengawali awalan, ini pun tergantung pula dari gaya yang dipakai.
- Langkah kaki dari pelan semakin dipercepat, dilakukan secara wajar dan lancar. Kecepatan lari pada akhir awalan tidak perlu dilakukan dengan kecepatan penuh (100%), karena awalan pada tingkat tinggi yang dilakukan secara full speed akan mempersulit atau mengurangi timbulnya daya tolakan kaki untuk membawa badan melambung keatas.
- Banyaknya langkah tidak ada ketentuan yang pasti. Namun pada umumnya banyaknya langkah berkisar 9-15 langkah.
2. Tumpuan
Tumpuan dilakukan dengan kaki yang kuat. Saat bertumpu harus tepat pada titik tumpu.
Titik tumpu adalah tempat berpijaknya kaki tumpu pada saat melakukan lompatan, untuk memperoleh titik tumpu yang tepat harus dicari dengan cara mencoba berulang kali sejak dari menentukan awalan, sudut awalan, irama, serta banyaknya langkah.
Titik awalan dikatakan tepat, apabila saat badan melayang di udara titik ketinggian maksimal benar-benar tepat di atas dan di tengah-tengah mistar.
Apabila titik tumpuan terlalu dekat, akibatnya mistar akan tersentuh badan saat pelompat masih bergerak melambung ke atas. Sebaliknya apabila titik tumpuan terlalu jauh, akan berakibat mistar tersentuh badan saat pelompat sudah bergerak turun.
Disamping itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan tumpukan.
- Menurunkan titik berat badan dengan cara menekuk lutut kaki tumpuan sedemikian rupa (130-160) sehingga menimbulkan daya tolakan yang besar.
- Saat akan bertumpu posisi badan agak dicondongkan ke belakang (kecuali gaya flop kecondongan kebelakang ini relative sangat kecil atau dihindari sama sekali).
- Tumpuan dilakukan dengan kuat sehingga, cepat dan meledak (explosive).
- Menapak pada bagian tumit, terlebih dahulu seluruh tapak kaki-ujung kaki, akhir tumpuan, kaki tumpuan harus lurus pada bagian lutut sampai pada ujung kaki.
- Saat bertumpu kedua lengan bisa diayunkan serentak atau ayunan secara wajar (sepihak) saja.
3. Melayang
Gerakan melayang di luar udara terjadi saat kaki tumpu lepas dari tanah. Sikap badan gerakan kaki maupun lengan saat melayang melewati mistar tergantung dari masing-masing gaya.
Jadi gerakan dan posisi badan saat melayang inilah yang memberikan ciri-ciri khusus dan membedakan gaya yang satu dengan gaya yang lainnya.
Tiga prinsip yang perlu diperhatikan pada saat melayang:
- Saat melewati kedudukan titik berat badan sebaiknya sedekat mungkin dengan mistar. Dalam kinesiology dikatakan bahwa titik berat badan manusia terletak di depan dataran tulang sacrum (panggul) bagian atas sekitar di bagian belakang pusat.
- Titik ketinggian labung maksimal harus tepat diatas dan ditengah-tengah mistar.
- Dilakukan dengan tenaga yang sedikit mungkin secara sadar, agar menghindari gerakan-gerakan yang tidak perlu.
4. Pendaratan
Pendaratan merupakan tahap terakhir dari gerakan beruntun suatu lompatan. Cara melakukan dan sikap badan saat mendarat tergantung pada masing-masing gaya, disini ada dua prinsip yang perlu diperhatikan:
- Dilakukan secara sadar.
- Posisi badan harus sedemikan rupa sehingga tidak mengakibatkan rasa sakit atau cidera.
Sejarah Lompat Tinggi
Sejarah lompat tinggi tercatat pertama kali diadakan pada olimpiade Skotlandia pada abad ke 19. Lompatan tertinggi pada saat itu tercatat adalah 1,68 meter. Gaya lompat pada saat itu adalah gaya gunting.
Sekitar abad ke 20, gaya lompat tinggi telah dimodernisasi oleh Michael Sweeney. Pada tahun 1895, ia berhasil melakukan lompatan setinggi 1,97 meter gaya eastern cut-off, dimana mengambil off seperti gunting, tapi memperpanjang punggungnya dan mendatar di atas bar.
Teknik lompat yang lebih efesien bermana Western Roll dikembangkan oleh George Horine. Melalui teknik ini, Horine mencapai lompatan setinggi 2,01 meter pada tahun 1912.
Kemudian pada olimpiade Berlin tahun 1936, teknik lompatan ini menjadi dominan dilakukan untuk cabang lompat tinggi yang dimenangkan oleh Cornellus Johnson yang mencapai ketinggian 2,03 meter.
Empat dekade setelahnya, pelompat dari Amerika dan Soviet merintis evolusi teknik straddle. Orang pertama yang menggunakan teknik ini adalah Charles Dumas mencapai ketinggian 2,13 meter, pada tahun 1956.
Kemudian seorang warga Amerika bernama John Thomas mencapai rekor dunia dengan ketinggian 2,23 meter pada tahun 1960. Selanjutnya Valeriy Brumel mengambil alih pencapaian rekor dunia dengan mencatat ketinggian lompatan hingga 2,28 meter dan berhasil memenangkan kejuaraan olimpiade pada tahun 1964.
Berawal dari Brumel inilah para atlet mencoba untuk mengembangkan olahraga lompat tinggi sehingga saat ini terdapat empat gaya dalam lompat tinggi.
Peralatan Lompat Tinggi
Peralatan sangat diperlukan untuk terlaksananya lompat tinggi, seperti penjelasan Munasifah (2008:26) mengenai peralatan lompat tinggi adalah sebagai berikut, "Dalam olahraga atletik lompat tinggi ada beberapa peralatan yang harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan dimulai. Adapun peralatan tersebut adalah sebagai berikut:
- Lapangan,
- Meteran dengan mistar,
- Matras."
Alat-Alat dan Perlengkapan Lompat Tinggi
Giri Wiarto (2013:49) juga berpendapat mengenai alat-alat perlengkapan dalam lompat tinggi yaitu:
1. Mistar lompat
Mistar lompat dapat terbuat dari metal atau kayu, yang berbentuk silinder atau segitiga dengan diameter minimum 25 mm dan maksimal 35 mm, sedangkan panjang mistar minimal 3,64 m, maksimal 4 meter serta mempunyai berat maksimal 2,2 kg.
2. Lintasan awal dan tempat bertolak
Panjang lintasan awalan tidak terbatas dan mempunyai panjang minimal 15 meter. Sedangkan untuk lompat tinggi galah, panjang bilah sekitar 3,86 meter - 4,52 meter dan beratnya maksimum 2,26 kg.
3. Tiang lompat
Semua tiang dapat dipakai untuk lompat tinggi asalkan terbuat dari bahan yang kuat, kokoh dan cukup tinggi.
4. Tempat pendaratan atau busa lompat
Busa lompat berukuran 4 x 5 meter dan ditutup oleh alas matras atau karet biasa.
5. Scoring board
Berguna menunjukkan nomor atlet dan hasil lompatannya.
6. Pengukur kecepatan angin
7. Bendera berwarna kuning, merah dan putih
8. Roll meter terbuat dari baja
Roll meter digunakan untuk mengatur ketinggian mistar lompat.
9. Penunjuk waktu
Penunjuk waktu digunakan ketika atlet mulai dipanggil dan memberi kesempatan bagi si atlet untuk memulai perlombaan.
Ukuran Lapangan Lompat Tinggi
Lapangan untuk awalan:
- Panjang daerah awalan minimal 15 m - 18 m.
- Daerah tumpuan harus datal dan tingkat kemiringannya 1 : 100.
- Tiang lompat harus kuat dan kokoh, dapat terbuat dari apa saja asal kuat dan kokoh. Jarak kedua tiang tersebut adalah 3,66 - 4,02 m.
Bilah lompat terbuat dari kayu, metal atau bahan lain yang sesuai:
- Panjang mistar lompat 3,64 - 4,00 m dan berat maksimal mistar adalah 2,20 kg.
- Penampang mistar berbentuk bulat dengan garis tengah 2,4 cm - 3,0 cm atau segitiga sama sisi dengan lebar setiap sisinya 3 cm, permukaannya harus rata.
- Lebar penopang bilah 4 cm dan panjang 6 cm.
- Tempat pendaratan 5 m x 5 m yang terbuat dari busa dengan ketinggian 80 cm - 100 cm dan di atasnya ditutupi oleh matras yang tebalnya 10 - 20 cm.
Peraturan Perlombaan Lompat Tinggi
Adapun peraturan-peraturan lompat tinggi yang harus dipahami adalah sebagai berikut.
- Sebelum perlombaan dimulai, seorang juri akan mengumumkan tinggi mistar pertama dan tinggi kenaikkan mistar.
- Seorang pelompat boleh memulai untuk melompat pada ketinggian mistar yang dia inginkan di atas tinggi mistar minimal atau pertama.
- Tiga kegagalan lompatan berturut-turut, si pelompat tidak berhak meneruskan perlombaan lagi.
- Tolakan kaki pada lompat tinggi harus dilakukan dengan satu kaki.
- Pelompat telah berhasil melompat namun saat kembali ke tempat semula melewati bawah mistar, hal ini dinyatakan sah.
- Pelompat berhasil melewati mistar namun saat kembali menyentuh tiang yang menyebabkan mistar jatuh, hal ini dinyatakan gagal.
- Pelompat telah memulai awalan tetapi tidak jadi melompat, hal ini bukan sebuah kegagalan asal tidak melewati daerah di belakang tiang dan perpanjangannya.
- Atas izin juri boleh memasang penanda tertentu pada mistar asal tidak menyebabkan turunnya ketinggian mistar. Demikian juga boleh meletakkan penanda pada jalur awalan yang disediakan oleh panitia.
- Peserta dapat berlomba tanpa atau pakai spikes dengan sol yang tidak boleh tebal dari 13 mm.
- Giliran melompat diberikan 1,5 menit setiap lompatan.
- Bila terjadi lompatan yang sama (tie) peserta dengan lompatan terkecil pada ketinggian di mana tie terjadi yang jadi pemenangnya.
- Bila tie masih sama, peserta dengan jumlah yang gagal terkecil dari perlombaan adalah pemenangnya.
- Bila masih sama, peserta yang jumlah lompatannya terkecil dari seluruh perlombaan ialah pemenangnya.
- Bila masih sama dan ini berkaitan dengan penentuan juara 1, harus diadu lagi (jump off).
- Setiap peserta yang terlibat tie untuk menentukan diberi hak melompat satu kali lagi pada ketinggian yang ia gagal.
- Dan bila tak ada keputusan, mistar akan diturunkan setiap 1 cm tiap lompatan, sampai tie ini dapat dipecahkan.
Pelompat dinyatakan gagal apabila:
- Menumpu dengan dua kaki.
- Menjatuhkan mistar
- Dalam usahanya melompat tetapi tidak jadi melompat namum telah menyentuh daerah pendaratan di balik bidang vertikal yang dibatasi oleh dua tiang lompat dan perpanjangannya.
- Setelah dipanggil selama 1,5 menit tetapi tidak melakukan lompatan.
Demikianlah materi olahraga atletik tentang lompat tinggi. Mulai dari pengertian atau definisinya sampai peraturannya. Semoga bermanfaat bagi Anda. Sekian dan terima kasih.
0 komentar